Minggu, 30 September 2007

PENGEMBANGAN ORGANISASI & ETIKA PRILAKU ORGANISASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tiada kehidupan tanpa perubahan, setiap kehidupan dalam masyarakat sedikit maupun banyak, besar maupun kecil pasti mengalami berbagai perubahan. Begitu juga dengan organisasi sebagai salah satu bentuk kehidupan dalam masyarakat pasti mengalami perubahan. Yang mana organisasi setiap saat akan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang datang dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari lingkungan yang menyebabkan organisasi itu harus berubah, oleh sebab itu untuk menghadapi perubahan yang terjadi setiap organisai harus mampu mempersiapkan dirinya dengan membenahi semua perangakat yang ada dalam organisasi tersebut baik dari segi pekerja atau SDM, struktur yang ada, kedesiplinan kariawan dengan membangun kultur dan etika internal organisasi Yang anti kecurangan, yang mana pembahasan ini akan dibahas setelah ini, Dalam suatu unit organisasi, terutama unit organisasi yang besar, dari manajemen sangat dibutuhkan dua hal yaitu komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi. Kedua hal tersebut dapat mewujudkan harapan munculnya etika perilaku yang kuat, karena banyak pegawai yang tidak menyukai perbuatan pimpinan yang kurang bermoral dan kurang terbuka dalam berkomunikasi.

Setiap organisasi bertanggung jawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawai. Kultur tersebut harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau suatu entitas. Dalam intansi pemerintah misalnya BPKP telah menghimpun nilai-nilai luhur dari seluruh lapisan karyawan BPKP yang harus selalu dijadikan pedoman dalam segala kegiatan yang dilakukan yaitu:

- Profesionalisme,

- Kerjasama

- Keserasian,keselarasan dan keseimbangan

- Kesejahteraan

Berkaitan dengan itu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan SK Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 tanggal 25 April 2002 telah menentapkan 17 nilai-nilai dasar budaya kerja bagi aparatur negara yaitu :

1

Komitmen & Kosisten

10

Keteguhan & Ketegasan

2

Wewenang & tanggungjawab

11

Disiplin & Keteraturan kerja

3

Keikhlasan & Kejujuran

12

Keberaniab & Kearifan

4

Integritas & Profesionalisme

13

Dedikasi & Loyalitas

5

Kebersamaan & Dinamika kelompok kerja

14

Semangat & Motivasi

6

Kepemimpinan & Keteladanan

15

Ketekunan & Kesabaran

7

Kreatifitas & Kepekaan

16

Keadilan & Keterbukaan

8

Ketepatan & Kecepatan

17

Penguasaan ilmu Pengetahuan &

Teknologi

9

Rasionalitas dan Kecerdasan Emosi



Oleh sebab itu untuk terciptanya pengembangan organisasi yang efektif dan efisien harus dimulai dengan membina perangkat organisasi yang ada dalam organisasi tersebut dengan membangun kultur dan etika

Karena itu Implementasi Nilai-nilai yang terdapat dalam Budaya Kerja dalam suatu organisasi sangat erat hubungannya dengan kemauan manajemen untuk membangun suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan, sehingga dapat mengurangi atau menghindari terjadinya 3 ( tiga ) kecurangan pokok seperti (1) kecurangan dalam laporan keuangan (2) kecurangan penggelapan asset dan (3) kecurangan tindak pidana korupsi.

B. Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksudkan dengan pengembngan organisasi itu dan bagai mana etika prilaku dalam organisasi…

BAB II

PEMBAHASAN

A. Beberapa pendapat tentang pengertian PENGOR

Banyak para ahli yang memberikan pengertian tentang pengembangan organisasi dibawah ini akan di uraikan beberapa pengertian pengembangan organisasi menurut para ahli.

a. Warren G. Bennis

Pengembangan organisasi adalah suatu jawaban terhadap pereubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untk merubah kepercayan, Sikap, nilai dan susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik dalam menyesuaikan dengan teknologi, pasar dan tantangan yang baru serta perputran yang cepat dari perubahan itu sendiri.

b. Richard Beckhard

Pengembangan organisasi adalah suatu usaha berencana, meliputi organisasi keseluruhan, diurus dari atas meningkatkat efektivitas organisasi melalui pendekatan berencana dengan proses organisasi, dengan memakai pengetahuan ilmu prilak

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan organisasi adalah rangkaian kegiatan penataan penyempurnaan yang dilakukan secara berencana dan terus menerus guna memecahkan berbagai masalah yang timbul akibat dari adanya peruahan sehingga organisasi dapat mengatasi perubahan dan menyesuaikan diri dengan peribahan dengan menerapkan ilmu prilaku yang dilakukan oleh pejabat dalam organisasi atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi.

B. Factor-faktor yang mendukung keberhasilan PO

Oleh karena itu untuk mendukaung keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dalam pengembangan organisasi yang akan mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, sangat erat hubungan dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait satu dengan yang lainnya sebagai berikut :

1. Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi

Manajemen harus memberikan tauladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu kultur yang kuat dalam organisasi yang dipimpinnya. Peranan moral/kepribadian yang baik dari seorang pimpinan dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya suatu etika prilaku dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak dan suri tauladan bagi seluruh pegawai. Pimpinan tidak bisa menginginkan suatu etika dan perilaku yang tinggi dari suatu organisasi sementara pimpinan itu sendiri tidak sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Dalam suatu unit organisasi, terutama unit organisasi yang besar, dari manajemen sangat dibutuhkan dua hal yaitu komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi. Kedua hal tersebut dapat mewujudkan harapan munculnya etika perilaku yang kuat, karena banyak pegawai yang tidak menyukai perbuatan pimpinan yang kurang bermoral dan kurang terbuka dalam berkomunikasi.

Manajemen harus memperlihatkan kepada karyawan tentang adanya kesesuain antara kata dengan perbuatan dan tidak memberikan tolerensi terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar kaedah-kaedah etika organisasi yaitu dengan diberikan sanksi hukuman yang jelas dan demikian pula sebaliknya terhadap pegawai yang berprestasi dan bermoral baik diberikan penghargaan yang proporsional. Adanya pelaksanaan hukuman dan penghargaan yang konsisten akan memberikan nilai tambah bagi terciptanya suatu etika perilaku dan struktur organisasi yang kuat. Pegawai akan merasakan diperlakukan secara adil dan merasa bersyukur atas posisi yang diraihnya bilamana etika organsasi dapat ditegakan secara konsisten oleh manajemen. Pimpinan hendaknya menjadi sponsor utama dalam upaya terciptanya semangat anti kecurangan yaitu dengan membangun suatu kultur organisasi yang mengandung sistem nilai yang kuat dan berdasarkan profesionalisme, integritas, kejujuran dan loyalitas yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi untuk terwujudnya perkembangan organisasi.

Kultur dan etika perilaku organisasi yang dimiliki harus dapat mencerminkan nilai utama dari organisasi ( misi organisasi ) dan tuntunan bagi pegawai dalam membuat keputusan sesuai dengan kewenangan yang mereka miliki dalam bekerja. Untuk lebih efektifnya etika dan aturan perilaku dalam suatu organisasi harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan dimengerti dengan baik. Secara bersama-sama manajemen dan karyawan harus membangun suatu hal yang positif untuk berkembangnya rasa memiliki akan suatu organisasi yang sehat yang ditopang oleh kultur yang kuat. Manajemen harus membuat pernyataan yang jelas mengenai harapannya terhadap semua pegawai, bagaimana harusnya bertingkah laku dan pemahaman terhadap visi dan misi organisasi.

Pimpinan organisasi harus menunjuk salah satu manajer senior untuk bertanggungjawab atas perubahan yang akan dilakukan. Dan manager tersebut akan berbicara atas nama pimpinan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan etika dan aturan perilaku . Manajer ini tidak melakukan kegiatan operasional di bagian lain organisasi dan bukan sebagai bagian dari pengambil keputusan. Akhirnya suatu etika dan aturan perilaku bisa merupakan buku pegangan atau buku petunjuk kebijakan atau dalam bentuk nama lain nya tergantung jenis organisasinya.

2. Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif

Banyak hasil penelitian memberikan indikasi perbuatan salah atau perbuatan curang seperti tindak pidana korupsi terjadi dalam suatu organisasi karena kurangnya kepedulian positif karyawan terhadap perbuatan salah tersebut bahkan dipandang sudah hal yang biasa atau pura-pura tidak mengetahuinya. Kepedulian positif dari lingkungan kerja sangat diperlukan dalam membangun suatu etika perilaku dan kultur oganisasi yang kuat. Rendahnya kepedulian dan rendahnya moral akan menyuburkan tindakan kecurangan yang pada akhirnya akan merusak bahkan dapat menghancurkan organisasi.

Faktor-faktor ketidak pedulian tersebut antara lain disebabkan oleh :

  1. Top manajemen kurang peduli tentang hukuman dan penghargaan
  2. Umpan balik yang negatif yang dirasakan oleh pegawai yang

bermoral atau bermental baik dan penempatan kerja yang tidak adil

atau tidak berbasis kinerja dan tidak sesuai dengan kemampuan

pegawai.

  1. Berkembangnya rasa ketidak pedulian akan organisasi
  2. Pimpinan lebih bersifat otoriter dan kurang menghargai partisipasi

Karyawan

  1. Rendahnya loyalitas dan rasa memiliki organisasi

f. Anggaran yang tidak rasional dan adanya pemaksaan pencapaian terget yang tidak rasional tersebut.

g. Kurangnya pelatihan pegawai dan kurangnya kesempatan promosi

h. Tidak jelasnya pertanggungjawaban organisasi

i. Kurangnya komunikasi dan metode kerja organisasi yang tidak jelas

Berikut ini hal-hal yang dapat membantu terwujudnya lingkungan kerja yang positif dalam mengurangi resiko kecurangan demi terwujudnya pengembangan organisai antara lain :

  1. Memperkenalkan reward system yang berkaitan dengan

pencapaian tujuan dan hasil

  1. Memiliki kesempatan yang sama bagi seluruh karyawan
  2. Adanya tim orientik , kerjasama dalam mengambil suatu keputusan
  3. Program kompensasi administarasi yang profesional dan proritas dalam pembinaan karir.

Pemberdayaan karyawan dalam mengembangkan lingkungan kerja yang positif sangat membantu dalam membentuk suatu etika dan aturan perilaku internal organisasi yang anti kecurangan. Mereka dapat memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan memperbarui etika dan aturan perilaku ( code of conduct ) yang berlaku dalam suatu organisasi, Karyawan juga memperlihatkan kontribusinya yang signifikan dalam berprilaku yang sesuai dengan code of conduct tersebut.

Karyawan juga dapat memberikan masukan kepada pimpinan sebelum mengambil keputusan penting atau yang berhubungan dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap pelaksanaan sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi. Masukan juga bisa melalui saluran informasi resmi atau kotak saran serta surat pengaduan tanpa nama terutama telah terjadinya suatu kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Banyak organisasi menggunakan hotline atau menggunakan petugas untuk mencegah terjadinya kecurangan, internal auditor dan bentuk lainnya yang memungkinkan manajemen dapat mengetahui terjadinya tindakan kecurangan secara dini. Untuk menjamin efektifitas hasil kerja suatu internal investigasi maka Internal investigasi harus siap dan memiliki akses yang jelas ke pimpinan.

Membangun/membuat pernyataan nilai dan etika perilaku mesti yang pantas dan dapat dilaksanakan, disusun dari prinsip-prinsip yang dapat diterima tidak hanya kata-kata mengenai hukum/peraturan, tetapi juga diikuti dengan penjiwaan atas maksudnya. Seharusnya aturan perilaku bukan hanya aturan yang keras, bukan dibuat seperti peraturan yang kaku yang mana tidak dapat untuk menjawab atau diterapkan pada semua unit dalam organisasi namun perlu dilakukan observasi mengenai prinsip-prinsip yang dipakai agar dapat dipahami bukan sekedar peraturan, namun memiliki jiwa yang mencerminkan sifat-sifat profesionalitas, kejujuran, integritas, dan loyalitas yang tinggi dalam membentuk organisasi yang bermoral. Disamping itu organisasi yang suatu unit kerja yang memiliki otoritas harus berniat membantu dengan sikap mental/ pendirian yang kokoh dan konsekuen serta meiliki kemampuan untuk menghilangkan timbulnya perilaku curang , melalui proses penegakan kedisiplinan dan adanya kepatuhan dari para manajer dan staf, Proses harus transparan dan dapat dinilai dengan aturan perlaku yang ada , bebas dari pengaruh pertentangan kepentingan ( conflict of interest).

Kemudian oragnisasi harus mempublikasikan hasil kegiatan dan menunjukan perubahan-perubahan yang dilakukan dan mau untuk memperbaiki apa ada kesalahan. Selain itu manajer harus bertanggungjawab atas budaya etika dan perilaku pegawainya. Manajer harus bisa merasakan sakit maupun enaknya tanggungjawab. Mereka harus menjadi contoh untuk berprilaku dan menjalani hukuman atas perilaku yang menyimpang.. Demikian juga ketika pegawai diketahui melakukan perbuatan yang tidak sesuai etika atau terlibat perbuatan curang, investigator harus juga mengetahui peran yang dilakukan manajer. Bisa saja terjadi manajer yang jelek akan menyebabkan pegawai melakukan perbuatan yang menyimpang dari etika dan aturan perilaku..

3. Pelatihan Yang Berkesinambungan

Pegawai baru sebaiknya diberi pelatihan tentang nilai-nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan pada saat perekrutan. Pelatihan ini sebaiknya secara ekplisit dapat mengadopsi harapan-harapan dari seluruh pegawai menyangkut :

  1. Kewajiban-kewajiban mengkomunikasikan masalah-masalah tertentu yang dijumpai.
  2. Membuat Daftar jenis-jenis masalah, termasuk kecurangan yang terjadi atau yang dicurigai untuk dikomunikasikan secara jelas dan spesifik ; dan
  3. Informasi bagaimana mengkomunikasikan masalah2 tersebut. Dan juga sebaiknya ada kepastian dari Manajemen Senior mengenai harapan-harapan pegawai dan tanggung jawab2 komunikasi tersebut. Pelatihan semacam itu sebaiknya meliputi suatu elemen “ Sadar akan adanya Kecurangan ( “ fraud awareness”) yang positif tapi tidak ditekankan pada bahwa kecurangan dapat menjadi mahal bagi entitas dan para pegawainya.

Komitmen untuk pendidikan yang berkelanjutan dan kesadaran bagi pegawai atas permasalahan yang berkaitan dengan etika dan anti korupsi. Program pendidikan harus disusun untuk kepentingan organisasi dan relevan dengan keinginan pegawai. Sebagai tambahan dalam memberikan pelatihan pada saat perekrutan , para pegawai sebaiknya memperoleh pelatihan secara periodic sesudahnya. Beberapa perusahaan dapat mempertimbangkan pelatihan berkelanjutan untuk posisi tertentu, seperti karayawan bagian pembelian atau pegawai yang terkait dengan tanggung jawab keuangan. Pelatihan sebaiknya dibuat spesifik bagi pegawai sesuai dengan dengan masing-masing tingkatan dalam organisasi, lokasi geografi, dan tanggung jawab-tanggungjawab penugasan. Sebagai contoh , pelatihan untuk manajer senior secara normal akan berbeda akan berbeda dengan pegawai bagian penjualan , pegawai bagian internal audit dan lain sebagainya.

4. Menciptakan Saluran Komunikasi Yang Efektif

Manajemen membutuhkan informasi mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban pekerjaan apakah sudah susuai dengan kode etik atau tidak dari masing-masing pegawai. Masing-masing pegawai harus dapat menginformasikan tentang pelaksanaan kode etik tersebut mulai dari pemegang posisi tertinggi sampai yang terendah. Permintaan komfirmasi tersebut minimal dilakukan setahun sekali, hal ini bukan hanya formalitas saja tetapi laporan tersebut betul-betul dapat digunakan sebagai pencegahan dan pendekteksian bila terjadinya perbuatan curang dalam organisasi. Laporan yang jujur dari karyawan sangat dibutuhkan dan bukan atas dasar sakit hati atau irihati pada seseoran.

Demikian juga laporan internal auditor harus ditindaklanjuti oleh manajemen sesuai dengan aturan kode etik yang sudah disepakati. Pegawai harus diberi kesempatan untuk melaporkan perbuatan tidak baik yang dilakukan pegawai, manajer atau kliennya. Sistem ini harus harus menjamin dan menjaga kerahasiaan pegawai agar tidak diketahui namanya dan kelangsungan pekerjannya. Sistem juga hendaknya dapat meningkatkan rasa percaya diri pegawai terhadap sistem yang ada dan mereka merasa terlindung dari penuntutan. Sistem yang terbaik mungkin bisa menggunakan saluran khusus untuk pengaduan dengan menggunakan answering mechine Tak kalah pula pentingnya adanya sistem pelaporan yang dapat digunakan oleh pegawai untuk mendapatkan nasehat masalah dilema etika yang dialaminya setiap saat.

5. Penegakan kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan suatu kunci penting keberasilan dalam menerapkan dan memelihara kode etik dalam suatu organisasi. Tindakan disiplin akan dapat mengurangi perbuatan curang yang dilakukan pegawai. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi tindakan kecurangan :

  1. Investigasi terhadap suatu insiden dilakukan selalu dalam kerangka menegakan kode etik atau terhadap yang melanggar kode etik secara kosekuen.
  2. Perlakuan atas suatu kasus harus proporsional dan konsisten.
  3. Pengendalian yang relevan atas penugasan dan pengembangannya.
  4. Komunikasi dan pelatihan harus sesuai dengan nilai-nilai organisasi, kebutuhan dan sesuai kode etik dan harapan.

Pandangan terhadap konsekuwensi kecurangan harus secara nyata disebarluaskan kepada seluruh pegawai. Pegawai harus disiplin dengan waktu dan sumber daya. Setiap perbuatan melanggar disiplin organisasi akan dikenakan sanksi. Pegawai yang disiplin akan dapat meningkatkan kultur organisasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan organisasi adalah rangkaian kegiatan penataan penyempurnaan yang dilakukan secara berencana dan terus menerus guna memecahkan berbagai masalah yang timbul akibat dari adanya peruahan sehingga organisasi dapat mengatasi perubahan dan menyesuaikan diri dengan peribahan dengan menerapkan ilmu prilaku yang dilakukan oleh pejabat dalam organisasi atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi.

Yang mana organisasi setiap saat akan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang datang dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari lingkungan yang menyebabkan organisasi itu harus berubah, oleh sebab itu untuk menghadapi perubahan yang terjadi setiap organisai harus mampu mempersiapkan dirinya dengan membenahi semua perangakat yang ada dalam organisasi tersebut baik dari segi pekerja atau SDM, struktur yang ada, kedesiplinan kariawan dengan membangun kultur dan etika internal organisasi.

pedoman dalam segala kegiatan yang dilakukan dalam PO yaitu:

- Profesionalisme,

- Kerjasama

- Keserasian,keselarasan dan keseimbangan

- Kesejahteraan

Factor-faktor yang mendukung keberhasilan PO

1. Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi

2. Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif

3. Pelatihan Yang Berkesinambungan

4. Menciptakan Saluran Komunikasi Yang Efektif

5. Penegakan kedisiplinan

DAFTAR PUSTAKA

Sutarto, Dasar-dasar organisasi. Cet.18, Yokyakarta:

Gadjah mada university Press, 1998

Gibson.Dkk, Organisasi dan manajemen. Jakarta:

PT. Gelora aksara pratama.1983

http://www.bpkp.go.id/ivestigasi/kultur

Tidak ada komentar: